Poor City

Awali hari dengan secangkir kopi dan sebatang rokok adalah rutinitas yang sudah menjadi kebutuhan pokok. Sayang tak ku dengar lagi sapaan ayam jantan berkokok di kota dosa yang bikin orang baik menjadi kapok.

Sejuk hawamu bikin orang kerasan, karena letakmu diapit gunung2 berjejeran. Tapi sayang kota ini besar lantaran imigran, karena banyak pribumimu yang buta akan pendidikan.

Malang namamu moga tak semalang pendudukmu. Kota pendidikan katamu, kota dosa kataku, kota yang merubah orang lugu menjadi beringas seperti hantu.

Transformasi hebat terjadi disini, Agent of Change jadi kurcaci ciut nyali, materialisme dan hedonisme jadi teman sejati, what a fuck they say jadi dalil suci.

Banyak remaja memilih jadi ayam, daripada harus makan nasi garam. Itu dalih untuk halalkan yang haram, bikin paras elok kota ini makin suram.

Gedung2 megah berdiri simbol keangkuhanmu, dimana segala transaksi  iblis terjadi disitu, norma agama dan budaya jadi makin layu, kebebasan dan kemunafikan menjalar seperti benalu.

Aku bukannya bersikap skeptis Bos, tapi prihatin sebelum semua jadi chaos, lihat banyak institusi saling adu jotos, demi mendapatkan wajah2 yang masih polos.

Lihat mal praktek terjadi dimana-mana, bikin orang enek dan mengelus dada. Merpercantik kuantitas mereka berlomba, kualitas jadi kata asing ditelinga.

He! jangan cuman ngomong doang bung! Jangan bikin orang lain tambah bingung! tapi apa yang bisa dilakukan anak seumur jagung? Cuma bisa berkoar kemudian merenung.


                                                                         Malang, 23 September 2010

No comments:

Post a Comment